Cerita Inspirasi Kehidupan : 8 Kebohongan Yang Sering Dilakukan Seoran IBU kepada Kita

No Comments

Kisah Penuh Hikmah : 8 Kebohongan Ibu Terhadapku

Penulis : Imam Puji Hartono

8 Kebohongan Ibu Terhadapku
8 Kebohongan Ibu Terhadapku

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam dan berbohong juga merupakan tindakan yang sangat dibenci oleh Tuhan kita, tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita akan makna lain dari sebuah kebohongan yang dilakukan orang tua kita terutama seorang Ibu. Kebohongan sebuah IBU ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia. Jadi kebohongan yang dilakukan seorang ibu bukan untuk kejelekan melainkan untuk membuat anak-anaknya menjadi lebih baik dan bahagia.
*****

KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang bisa dikatakan miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kami kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke piring, ibu-ku berkata : “Makanlah nasi ini,nak,,,ini semua untukmu Ibu tidak lapar”. Seorang Ibu rela mengatakan IBU TIDAK LAPAR, dengan maksdu tujuan agar anak-anaknya bisa memakan lebih banyak, tidak peduli bahwa sebenarnya Ia lapar. 

KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA

Ketika saya mulai tumbuh menjadi orang yang  dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi mencari ikan di sungai dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil cariannya itu, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan anak-anaknya. Sepulang memancing dengan hasil tangkapan yang tidak begitu banyak, ibu memasak ikan dengan bumbu Sub yang segar dan mengundang selera untuk memakannya. Disaat aku sedang  memakan sup ikan itu, Ibu duduk di sampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku sering kali melihat ibu melakukan hal seperti itu, hati saya juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku, aku mengambil ikan yang sedang aku makan dan memberikannya kepada ibuku dengan maksud agar Ibu ku bisa memakan dagingnya juga. Akan tetapi ibu dengan cepat menolaknya, sambil berkata : “Makanlah nak, aku tidak suka makan  ikan”. Sungguh luar biasa seorang Ibu.

KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA

Ketika aku berada dibangku SMP, demi membiayai sekolah kakak-kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah baju jahitannya untuk ditawarkan ke ibu-ibu yang lain demi sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim hujan tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya ia melanjutkan pekerjaannya membuat kerajinan tangan. Aku berkata :”Ibu, tidurlah, ini sudah malam, besok pagi ibu masih harus kerja.” Ibu ku tersenyum dan berkata :”Cepatlah kamu tidur nak, ibu masih belum capek, nanti kalau sudah merasa capek,ibu juga tidur kok,nak”. Dengan jelasnya, seorang ibu akan mengatakan tidak capek ketika bekerja untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya.

KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT

Ketika ujian tiba, ibu tidak menjahit dengan tujuan agar supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam tanpa ada keluh didalam hatinya, itu dilakukannya supaya anak-anaknya merasa senang. Ketika bunyi lonceng berbunyi menandakan ujian sudah selesai, Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata : “Minumlah nak, aku tidak haus!”. Dalam segal hal dalam bentuk kebutuhan seorang ibu akan selalu mementingkan anak-anaknya, walaupun itu hanya sekedar minuman.

KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA

Setelah kepergian sosok seorang ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada ketrampilannya dalam menjahit, dia harus membiayai kebutuhan hidup untuk anak-anaknya secara mandiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga kami yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : “Saya bahagia dengan anak-anakku dan saya tidak butuh suami lagi”. Seorang Ibu menganggap dengan adanya seorang anak, merupakan kebagaian yang tidak ada yang bisa menggantikannya.

KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM

Setelah aku, kakak-kakakku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun ucap kami kepada Ibu. Namun ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Kakak-kakakku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu tetap saja bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. sembari berkata : “Ibu masih ada uang,nak, pakailah uang tersebut untuk keperluanmu saja ”. Ibu tidak mengharapkan apa-apa dari keberhasilan anak-anaknya, melainkan hanya menginginkan anak-anaknya selalu diberi kesehatan.

KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH

Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup lebih enak di Jakarta. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku “Tidak usahlah nak, Ibu tidak terbiasa di Jakarta”. Dengan keadaaan anak-anaknya yang sudah berhasil saja, seorang Ibu masih tidak mau merepotkannya.

KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, sehingga ia harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : “Jangan menangis anakku, Ibu sehat kok”. Seorang ibu tidak akan membiarkan anak-anaknya merasakan kesedihan.

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.
Dari cerita di atas, saya percaya sahabat sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : ” Terima kasih ibu ! ”

Sahabat, banyak hikmah yang dapat dipetik dari kisah di atas, betapa benar kata pepatah, “Kasih anak sepanjang galah, kasih ibu sepanjang jalan “.

Pesan Moral :

Sahabatku, bagi anda yang Ibunda-nya masih hidup, coba anda renungkan :
Sudah berapa lamakah anda tidak menelepon ibu anda?
Sudah berapa lamakah anda tidak mengunjunginya dan menghabiskan waktu untuk berbincang dengan ibu anda?
Sudah berapa lamakah anda tidak membelikan baju dan makanan kesayangannya?
Di tengah-tengah aktivitas anda yang padat ini, boleh jadi anda selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ibu yang kesepian di rumah. Kadang kala kita memang selalu lupa akan Ibu kita yang mungkin merasa kesepian di rumah.

Sahabatku, bagi anda yang keetulan Ibundanya sudah wafat, coba anda renungkan :
Sudah berapa lamakah anda tidak menziarahi makamnya?
Sudah berapa lamakah anda tidak mengaji untuknya ?
Sudah berapa lamakah anda tidak membacakan Al Fatihah dan surat Yassin untuk almarhum ibu anda?
Sudah berapa lamakah anda tidak mengunjungi kerabat dan sahabat ibu anda? dan
Sudah berapa lamakan anda tidak pernah bersedekah untuk almarhumah ibunda anda?
Di kala kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi baik ibunda kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata “MENYESAL” di kemudian hari. 


--------------------*****--------------------





 

Jangan lupa sukai fanspage Facebook Moco Cerpen dan follow twitter @MC_MocoCerpen ya Sahabat.

Bagikan Artikel :