Cerita Inspirasi Kehidupan : Jasa Seorang Ibu tak pernah Bisa Dinilai

No Comments

Inspiratif, Jasa Seorang Ibu Untuk Kita Renungkan

Penulis : Akhbar Islam
 
Jasa Seorang Ibu tak pernah Bisa Dinilai
Jasa Seorang Ibu tak pernah Bisa Dinilai

Disepanjang kehidupan manusia, sosok seorang Ibu memang tidak akan pernah bisa tergantikan dalam kehidupan kita, sebagai seorang yang penuh kasih sayang dan rasa cinta yang diberikannya tanpa balas jasa. Artikel Kisah Inspirasi Kehidupan ini dipersembahkan oleh sahabat kita Akhbar Islam untuk Mengenang dan merenungkan Jasa seorang ibu untuk kita sema.

*****

Bukan setumpuk Emas atau segudang Berlian yang engkau harapkan dari kesuksesanku, bukan Gulungan Uang yang engkau minta dari keberhasilanku, bukan juga sebatang Perunggu yang engkau minta dalam kemenanganku, tetapi keinginan hatimu membahagiakan aku.

Hal apa yang paling dinanti seorang wanita yang baru saja melangsungkan pernikahan ??? Sudah pasti kita semua akan menjawab sebuah Kehamilan. Seberapa jauh jalan dan seberapa banyak rintangan yang harus ditempuh, seberat apapun langkah yang harus diayun, seberapa lama pun waktu yang harus dijalani, tak kenal menyerah dan tak pernah mengenal lelah demi mendapatkan sutu kepastian dari serang bidan yaitu statu Positif.

Meski berat, tidak ada lagi yang mampu membuatnya bertahan hidup kecuali benih didalam kandungannya. Menangis, tertawa, sedih dan juga bahagia tak ada bedanya baginya, karena ia lebih mementingkan apa yang dirasa si kecil didalam perutnya. Sering kali seorang wanita / Ibu bertanya : Menangiskah dia ? Tertawakah dia ? Sedih atau Bahagiakah dia didalam sana ? Bahkan ketika waktunya sudah tiba, tak ada yang  bisa menandingi rasa cinta dan kasih sayang yang pernah diberikannya, ketika itu ia akan menaruhkan nyawanya sendiri asalahkan genarisi penerusnya (anaknya) itu bisa terlahir didunia dengan mengeluarkan suara tangisan. Rasa sakit pun akan sirna dan kebahagiaan yang kemudian yang dirasakan, ketika mendengar tangisan pertama si buah hati, tak peduli darah dan keringat yang terus keluar berkucuran.

Mulai detik itu, sebuah babak cinta baru saja berputar. Tak ada yang lebih membanggakan untuk diperbincangkan selain sang buah hati tercinta. Tak satu pun tema yang paling menarik untuk didiskusikan bersama tetangga, teman, kerabat maupun keluarga, kecuali anak.

Setelah beberapa waktu berlalu, Si kecil baru saja berucap “Ma ???” segera ia mengangkat telfon untuk menyebarluaskan ke semua kerabat,teman maupun keluarga yang ada di daftar telfonnya. Saat baru pertama berdiri, ia pun berteriak histeris, antara haru, bangga dan sedikit rasa takut jika si kecil terjatuh dan luka. Dan perkembangan lain yang telah dialami si kecil selalu membuat ia merasakan kebahagian yang luar biasa.

Hari pertama sekolah adalah saat pertama kali matanya mulai menyaksikan langkah awal kesuksesannya. Meskipun disaat yang sama, seorang ibu pikirannya terus menerawang kedepannya dan bibirnya tak lepas dari doa, dan juga terus berharap bahwa sang suami semoga tak terhenti rezekinya. Agar langkah kaki si kecil itu pun tak berhenti ditengah jalan untuk meraih kesuksesannya. “Demi anak”, “Demi anak”, sebuah kata yang memberikan motivasi kedua orang tua untuk dijadikan alasan utama untuk selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk pendidikan anaknya.

Ketika seorang Ibu berada di sebuah pesta seorang kerabat atau keluarga pasti ia membungkus beberapa potong makanan dalam tissue yang kemudian akan ia berikan kepada sang anak. Ia selalu mengingat anaknya dalam setiap suapan nasinya, setiap gigitan kuenya, setiap kali hendak berbelanja baju untuknya. Tak jarang juga, ia mengurungkan niat membeli baju untuk dirinya sendiri dan berganti mengambil dan membeli baju untuk anaknya. Padahal, baru kemaren sora ia baru saja membelikan baju untuk si kecil.

Meskipun terkadang ia harus berhutang. Lagi lagi atas satu alasan, yaitu “Demi anak”. Disaat pusing pikiran untuk mengatur keuangan yang serba terbatas, “periksalah catataan” kata sang suami. Di kertas kecil itu tertulis : 1. Beli susu anak, 2. Uang sekolah anak. Kemudian nomor urut selanjutnya baru kebutuhan yang lain untuk dipenuhi. Tapi jelas dari catatan kecil itu, kebutuhan seorang anak senantiasa selalu menjadi prioritas utamanya. Bahkan, ketika tak ada beras di rumah pun tak mengapa, asalkan susu si kecil tetap terbeli. Takkan ku biarkan si kecil menangis, apapun akan aku lakukan agar senyum dan tawa riangnya tetap terdengar, itu lah yang ada didalam hati seorang Ibu.

Seorang Ibu menjadi guru yang tak pernah digaji, menjadi pembantu yang tak pernah dibayar, menjadi seorang pelayan yag sering terlupa dihargai, dan menjadi bebby sitter yang paling setia merawatnya dengan ketulusan hati yang tak ternilai. Sesekali Ia menjelama menjadi sesosok putri salju yang bernyanyi dengan suara yang sangat merdu untuk menenangkan sang anak ketika sedang menangis. Keesokan harinya Ia rela menjadi kuda yang meringkik, berlari mengejar dan menghalau semua musuh agar si kecil tak ada yang mengggangu. Atau ketika Ia dengan lihainya menjadi seekor kelinci kecil yang selalu melompat-lompat mengelilingi kebun, mencari wortel untuk makan sehari-hari. Hanya tawa dan jerit lucu yang ingin didengar dari mulut si kecil dan kisah-kisah yang tak pernah absen untuk didongengkannya. Rasa kantuk dan lelah tak lagi dihiraukan, walau harus menyamarkan suara menguapnya seperti auman harimau. Atau berpura-pura si nenek sihir terjatuh dan mati sekedar untuk bisa membuat si kecil memejamkan matanya. Namun, si kecil belum juga terpejam dan memintanya untuk mendongengkannya sekian kalinya. Dalam kantuk, ia pun terus mendongeng.

Tak ada yang Ia lakukan di setiap pagi sebelum menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya yang akan berangkat ke sekolah. Tak satu pun yang paling ditunggu kepulangannya selain suami dan anak-anak tercintanya. Serta merta kalimat yang selalu mencul pertama kali ketika anaknya pulang yaitu sebuah kata “Sudah makan apa belum” tak pernah terlupa terlontar. Tak peduli meski si kecil yang dulu kerap ia timang dalam dekapannya itu, sekarang sudah menjadi orang dewasa yang bisa saja membeli makan siangnya sendiri di Sekolahnya.

Hari ketika seorang anak telah menjadi dewasa, kemudai si anak sudah mampu mengambil keputusan terpenting dalam hidupnya, untuk menentukan jalan hidupnya bersama pasangannya, siapa yang paling menangis ??? Siapa yang lebih dulu menitikkan air mata ???.
Lihatlah sudut mata seorang Ibu, telah menjadi samudera air mata dalam sekejap. Langkah beratnya ikhlas mengantar buah hatinya menuju ke kursi pelaminan bersama pasangan hidupnya. Ia menangis melihat anaknya yang mungkin baru kemarin masih disusuinya, sekarang sudah menjadi seorang anak yang dewasa dan sudah mampu memilih tujuan hidupnya. Pada saat itu sang Ibu akan melihat anaknya tersenyum bahagia dibalut gaun pengantin. Disaat itu pula ia pun sadar, bahwa buah hati yang bertahun-tahun menjadi kubangan curahan cinta dan kasih sayangnya itu tak lagi hanya dimilikinya. Ada satu hati lagi yang terambat, yang dalam harapnya ia berlirih dalam hatinya, “Masihkah kau anakku?”.

Ketika senja tiba. Ketika keriput ditangan dan wajah mulai berbicara tentang usianya. Ia pun sadar, bahwa sebentar lagi masanya akan berakhir. Hanya satu pinta yang sering terucap dari bibirnya, “Bila Ibu meninggal, ibu ingin anak-anak ibu yang memandikan, Ibu ingin dimandikan sambil dipangku kalian”. Tak hanya itu, Imam shalat jenazah pun Ia meminta dari salah satu anaknya. “Agar tidak percuma Ibu mendidik kalian menjadi anak yang shaleh dan shaleha sejak kecil,” Ujarnya.

Wahai IBU, semoga saya bisa menjawab dan menjalankan pintamu itu kelak. Bagaiman mungkin saya tak ingin memenuhi pinta itu? Sejak saya kecil, Ibu telah mengajarkan arti cinta sebenarnya. Ibulah madrasah kehidupan saya, Ibulah sekolah yang hanya mempunyai mata pelajaran, yaitu “Cinta Tulus”. Sekolah yang memiliki satu guru yaitu “Pecinta”. Dan sekolah yang semua muridnya memiliki satu nama yaitu “Anakku tercinta”.

Artikel tentang Cerita Inspirasi Kehidupan ini ditujukan untuk mengenang dan merenungkan jasa seorang Ibu kita. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Sumber : http://www.akhbarislam.com


--------------------*****--------------------





 

Jangan lupa sukai fanspage Facebook Moco Cerpen dan follow twitter @MC_MocoCerpen ya Sahabat.

Bagikan Artikel :