Cerita Inspirasi Kehidupan : Lebih Dari Sekedar Untuk Makan

No Comments

Bukan Sekedar Untuk Makan


Lebih Dari Sekedar Untuk Makan
Lebih dari sekedar untuk Makan
 
Mengingat pada zaman dulu, diwaktu saya masih kecil, saya tinggal disebuah kampung kecil di salah satu provinsi diIndonesia. Seperti kebanyakan kampung-kampung dipulau jawa, dikampung halaman saya juga dahulu masih banyak sawah memenuhi setiap ladang disekitar rumah saya. Ketika musim panen tiba maka disitu banyak rezeki yang menunggu. Bukan hanya rezeki bagi pemilik sawah saja, namun juga rezeki para petani. Karena pada saat musim panin banyak petani yang ikut membantu untuk memanin padi, setiap petani yang membantu memanin akan mendapat bagian sepersekian dari hasil paninannya. Hal tersebutlah yang selalu menggerakkan Nenek saya untuk selalu ikut membantu panin orang lain ketika musim itu datang.

Nenek saya meski sudah memiliki umur yang bisa dibilang sudah tua untuk ukuran petani, tetapi semangatnya tidak bisa dipatahkan untuk selalu pergi ke sawah saat musim panin tiba. Tidak jarang Nenek saya pergi kesawah secara diam-diam karena memang sebenarnya Nenek saya sudah tidak diperbolehkan lagi pergi kesawah untuk memamin oleh semua anak-anaknya. Karena anak-anaknya berfikir, buat apalagi siiihhhh kok masih memanin padi diusia yang tidak muda lagi, toh kan kalau untuk makan tidak perlu khawatir,tinggal memilih mau makan dianak yang mana. Karena saat itu anak-anaknya sudah memiliki keluarga sendiri dan memiliki penghasilan sendiri, jadi anak-anaknya berharap Nenek tinggal menikmati waktu diusia senja saja tidak usah bekerja lagi.

Disinilah kehebatan Nenek saya, meskipun sudah dilarang sama anak-anaknya untuk tidak memanin padi disawah lagi, tetapi malah Nenek saya mengabaikan larangan dari anak-anaknya tersebut. Meski hasil dari memanin hanya sedikit karena memang keterbatasan tenaga dan stamina, Nenek tetap melakukan pekerjaan menanam padi dengan setulus hati. Terkadang di saat saya sedang tidak sekolah, saya sering kali dimintai bantuan oleh Nenek saya untuk membantunya memanin padi. Ditengah terik matahari yang sangat panas dan pasti menguras banyak tenaga, Nenek saya terus memanin padi dari memotong batang sampai merontokkan butir demi butir padi. Sering kali menegur saya jikalau ketika saya bantu, saya secara tidak sengaja menjatuhkan padi meskipun sedikit, maklum itu adalah hasil perjuangannya.

Sedikit demi sedikit hampir setiap musim panin, Nenek mengumpulkan upah hasil memaninnya. Tidak terasa hampir 5 hari memanin padi, akhirnya padi hasil upah sudah terkumpul lumayan banyak. Kemudia hasil tersebut dijemur berhari-hari sampai siap digiling. Pada saat itu perjalanan untuk menuju ketempat penggilingan padi lumayan jauh, karena memang saat itu belum banyak tempat penggilingan, dan hanya ada di salah satu desa di kecamatan seberang. Sering kali saya menemani Nenek pergi untuk menggiling padi dengan jalan kaki dibawah panasnya terik matahari,karena saat itu belum ada angkutan kendaraan. Suatu pengalaman yang sulit saya lupakan sampai saat ini.

Sepulang dari tempat penggilingan padi yang sangat jauh, Nenek langsung memisahkan beras hasil gilingan dari jerih payahnya menjadi beberapa bagian yang diwadahi sebuah kantong plastik. Kemudian beras tersebut tidak disimpannya untuk keperluan dirinya sendiri, tetapi melainkan membagi-bagikannya ke anak-anaknya dan tidak lupa kepada tetangga sekitar. Katanya “ Nihh kalau mau merasakan beras baru panin,pasti enak”, Saat Nenek memberikan beras kepada anak-anaknya ataupun tetangganya, diantara mereka tidak ada yang berani menolak, karena mereka sudah tahu kalau pemberian Nenek ditolak maka Nenek akan marah.
Jerih payah Nenek saya bukan semata-mata untuk mencukupi kebutuhannya, melainkan untuk dinikmati oleh banyak orang. Kini saya sadar bahwasanya Nenek saya bersusah payah dengan sepenuh tenaga memanin padi bukan sekedar untuk mencari makan tapi untuk memberi sesama. Suatu tindakan yang perlu kita contoh dari seorang Nenek yang sudah tua, namun tidak pernah berhenti untuk memberi sesaman.

Pesan Pribadi :

terkadang seseorang menilai kebahagiaan yang didapatnya bukan semata-mata dari kadar kekayan, bukan sekedar kebutuhan yang selalu terpenuhi, tetapi kebahagiaan batin dapat kita dapat dari kebiasaan memberi. Seperti contoh cerita diatas meskipun Nenek usianya sudah tidak muda lagi, dan secara kebutuhan sudah berkecukupan bahkan bisa lebih dari cukup karena anak-anaknya siap menanggung kebutuhan nenek tersebut, tapi apa yang dilakukan Nenek tersebut, Ia masih saja bekerja keras untuk mencari hasil panin tetapi hasil tersebut Lebih dari sekedar untuk makan dirinya melainkan untuk diberikan kepada sesamanya.

Berikan apa yang kamu punya saat ini untuk membantu seseorang yang lebih membutuhkan , karena keikhlasan memberi akan menjadikan hati kita merasa bahagia.

Sumber : www.motivasi-islam.com




--------------------*****--------------------







Jangan lupa sukai fanspage Face Moco Cerpen dan follow twitter @MC_MocoCerpen ya Sahabat.
Bagikan Artikel :