Cerita Inspirasi Kehidupan : Mengais Rezeki Seteleh Adzan Berkumandang

14 comments

Mengais Rezeki Seteleh Adzan Berkumandang

Penulis : Abdul Rouf
 
Mengais Rezeki Seteleh Adzan Berkumandang
Mengais Rezeki Seteleh Adzan Berkumandang

Sahabat mococerpen sekalian, artikel kali ini merupakan sebuah kisah yang sangat inspiratif bagi kita semua. Artikel ini saya tulis sendiri, berdasarkan apa yang saya lihat secara langsung. Saat itu saya melihat sesosok pemulung yang mengais rezeki di setiap tempat sampah. Berdasarkan apa yang saya lihat tersebut, memunculkan sebuah ide bagi saya, sehingga saya berfikir untuk menjadikannya sebagai sebuah tulisan tangan yang kemudian saya jadikan artikel untuk mengisi halaman kosong diblog mococerpen ini. Mohon maaf jika artikel ini saya tulis menggunakan tata bahasa dan penataan cerita yang kurang menarik, karena memang saya termasuk baru dalam dunia menulis. Jadinya maklumin ya sahabat. :-D

*****

Saya sebagai admin blog mococerpen ini, sudah menjadi hal pasti harus selalu mengupdate postingan diblog yang saya kelola ini. Jadi, sebagai seorang blogger pemula saya sangat sering tidur malam/begadang. Hal itu saya lakukan karena tugas saya sebagai blogger pemula harus sering-sering update sebuah artikel, kemudian mempercantik tampilan blog dan melakukan optimasi supaya blog mococerpen bisa dikunjungi banyak visitor. 

Karena alasan tersebutlah saya harus tidur malam. Tidak jarang juga saya harus berbondong-bondong pergi ketempat makan atau cafe yang memiliki akses internet gratis, bukan sebab apa-apa, tapi melihat kondisi saya yang sebagai anak perantauan yang tinggal dikostan serta memiliki perekoniman yang pas-pasan. Jadi saya tidak memiliki akses internet sendiri, mungkin kalau ada itu juga dari modem dan hotspot dari smartphone yang jelas kuotanya terbatas dan cepan habis. Mungkin 50 ribu membeli paket internet sendiri, setelah 2 minggu sudah habis. Sedangkan uang untuk membeli paket hanya dijatah 50 ribu per bulan. Jadi hal biasa jika saya harus pergi ketempat makan atau cafe yang memiliki akses internet gratis. Disitu saya bisa sepuasnya internetan. Maaf ya sahabat, agak sedikit curhat, semoga sahabat tidak bosan. Heheee. .  . . ok sekarang mulai pokok kisahnya.

Tepatnya pada hari sabtu. Seperti biasanya ketika malam sudah tiba sekitar jam 11, saya bersama satu teman saya mencari sebuah tempat makan atau cafe yang memiliki akses internet gratis. Kami disitu tidak memesan makanan melainkan hanya segelas minuman dingin, terkadang es jeruk atau es teh. Karena memang niat kami datang kecafe tersebut hanya untuk menumpang akses internet gratis.

Tiba dicafe yang dituju, kami langung memesan dua gelas air es. Dan langsung mencari tempat yang paling nyaman buat ngeblog. Mulai jam 11 malam keatas, dicafe itu mulai sepi, jadi kami bisa memilih tempat yang kami suka. Pesanan kami pun datang. Tidak perlu menunggu waktu lama, saya membuka laptop dan mulai ngeblognya.

Selelah beberapa kali membuat dan memposting sebuah artikel. Tiba-tiba waktu menunjukkan pukul 04.00. Saya tidak tersadar kalau ternyata saya sudah menghabiskan waktu berjam-jam untuk memposting beberapa buah artikel. Seakan-akan saya merasa baru beberapa menit duduk dicafe tersebut.

Sekitar pukul 04.10 suara adzanpun terdengar berkumandang. Saat itu saya belum bermaksud pulang, karena memang biasanya saya pulang 05.30 sehabis itu baru melaksanakan shalat subuh. Saya dan teman saya tersadar jikalau kami telah menghabiskan waktu cukup lama didepan laptop. Dan saya memutuskan untuk istirahat sejenak, membuang lelah dan mengembalikan stamina lagi.

Ada sekitar 15 menit saya beristirahat dengan menidurkan badan dikursi bangku yang tersedia dikafe tersebut. Tiba-tiba datang seorang Ibu sedikit tua, datang kecafe itu. Dengan pakaian yang sangat tidak layak karena pakaiannya sangat kusam, kumuh dan banyak tembelannya namun ibu-ibu itu memakai kerudung. Dikedua tanggannya membawa dua buah benda. Tangan sebelah kanan digunakannya untuk membawa seperti sebuah benda lancip melengkung yang biasanya digunakan pemulung untuk mengambil sampah dan sedangkan tangan kirinya digunakan untuk memegang sebuah karung besar. Karena memang ternyata ibu sedikit tua itu adalah seorang pemulung.

Dia datang dicafe bukan untuk membeli makan atupun minum. Tapi dia menghampiri sebuah kotak sampah yang berada didepan cafe itu. Dia datang dengan raut wajah penuh harap, beserta dengan semangat yang sangat luar biasa. Setibanya dikotak sampah tersebut ia mengais-ngais sampah yang mungkin bisa dia ambil dan dijual lagi. Dia memilih beberapa sampah seperti sampah plastik, sampah kardus dan sampah stereofom dan jenis lainnya. Ketika mendapatkan sampah yang dianggapnya layak. Dia mengambilnya dengan alat yang seperti cangkul tapi lancip, kemudian memasukkannya di karung yang dibawanya. Dia terus mengais satu persatu sampah. Kotak sampah dicafe itu ada 3, jadi ibu tua itu sedikit lama dalam memilah-milah sampah tersebut.

Saya melihat apa yang dilakukan ibu itu, membuat saya menjadi lebih penasaran alasan apa yang membuatnya berangkat dihari yang masih cukup petang untuk mengais sampah-sampah itu. Saat itu saya memiliki sebotol air minum kosong, yang menjadikan saya memiliki ide agar saya bisa mengetahui tujuan ibu itu.

Akhirnya dengan memberanikan diri, saya secara sengaja berpura-pura ingin membuang botol minuman yang sudah kosong milik saya ini dikotak sampah yang sedang diolah-olih oleh ibu itu. Dan akhirnya saya membuang botol minuman itu tepat dimana ibu tua itu sedang memilah sampah. Saya pun menyapa ibu itu, “Permisi bu,saya mau buang sampah.”

Ibu itu hanya tersenyum dengan membalas ucapanku,”Oh,iya,dek.” Setelah menjawab pertanyaanku ibu itu istirahat sejenak,karena sepertinya memang kecapekan dari tadi sudah membolak-balikkan sampah yang dia temui. Dia duduk disamping tempat sampah, dan saya pun tidak membuang kesempatan ini untuk bercengkrama dengan ibu itu. Karena memang saya benar-benar penasaran dengan apa tujuan ibu itu harus mencari rezeki diwaktu yang masih petang. Karena rasa penasaran tersebut dan keinginan saya untuk menjadikannya salah satu artikel diblog mococerpen akhirnya saya nekat mendekati ibu itu yang sedang beristirahat (dalam hati semoga ibu itu baik dan mau berbagi pengalaman dengan saya).

Awalnya saya bingung mau menanyakan hal apa kepada ibu itu dan juga masih ada perasaan gak enak hati, takutnya mengganggu. Tapi ibu itu melah melakukan percakapan terlebih dahulu, “Kenapa sampan duduk disini,dek..disini kotor lo?”, kata ibu pemulung itu dengan nada menyarankan. “Ah tidak apa-apa,bu..baju yang saya pakai juga sudah kotor kok,” sambil tersenyum kecil. Saya pun menanyakan dimana rumahnya dan namanya. Setelah sedikit basa-basi, saya meminta ibu itu jangan pergi dulu. Karena saat itu saya mau mengambil lebih tepatnya membeli sebotol air minum dicafe. Setalah membeli sebotol air minum saya kembali menghampiri ibu itu dan mencoba memberikan sebotol air minum yang saya beli. Pada awalnya ibu itu menolak untuk menerimanya, namun setelah beberapa kali saya tawari akhirnya diterima juga.

Kemudian saya berbicara terus terang kepada ibu itu, “ sebelumnya minta maaf ya,bu...jadi begini bu..saya melihat ibu dari pertama datang kecafe ini dan sampai mengais-ngais sampah. Jika diizinkan, saya ingin mengetahui mengapa ibu begitu pagi bekerja dan saya juga ingin memberikan beberapa pertanyaan yang ingin saya ketahui jawabannya dari ibu. Nanti hasilnya akan saya jadikan sebuah tulisan berupa artikel, tapi jika ibu berkenan dan mengizinkan.” Pinta saya, dengan penuh berharap supaya ibu itu senantiasa menerima permintaan saya.

Dengan polosnya layaknya seorang ibu yang tinggal didesa, ibu itu menjawab, “Artikel itu opo to,dek?” sambil ketawa kecil. Ya seperti sebuah tulisan,bu....jawabku. kemudian ibu tersebut membolehkan tapi dengan syarat dia tidak bisa lama-lama soalnya harus segera mencari rezekinya lagi. Akhirnya kami bercengkrama selama sekitar 20 menit. Dalam percakapan tersebut banyak sekali hal yang menyentuh.

“Jadi, kenapa kok ibu yang kelihatannya sudah sedikit berumur, tapi masih mencari rezeki sendirian. Emang kemana sosok imam dirumah tangga ibu.” Pertanyaan pertama yang terlontar dari mulut saya.

“Saya memiliki 2 orang anak,dek. Yang laki-laki sekarang sudah berumur 21 tahun dan yang perempuan umurnya 16 tahun,dek...ibu sangat menyayangi mereka. Saya juga masih memiliki seorang suami yang sangat berpengaruh dalam rumah tangga,dia sosok imam yang kuat. Tapi dia saat ini dengan terpaksa tidak bisa bekerja membantu saya, karena suami saya kakinya lumpuh tidak bisa berjalan. Hal itu terjadi sekitar 4 tahun yang lalu ketika suami saya terjatuh dari atap rumah saat membetulkan genteng-genteng yang bocor. Saya menerima dengan lapang dada dengan apa yang saya jalani saat ini.” Dengan sedikit berkaca-kaca dimuka ibu itu.

Dengan menunjukkan rasa empati saya mencoba mengikuti susana hati ibu pemulung itu. Kemudian saya bertanya lagi. “Lo, terus sekarang kemana anak-anak ibu, kenapa tidak membantu ibu bekerja?” (pikiran yang ada dibenak saya, mungkin anak-anaknya sudah tidak sekolah lagi melihat kondisi ibu sebagai pemulung. Dan mungkin anaknya merupakan anak yang tidak baik, karena tidak membantu ibunya mencari rezeki, ternyata yang ada dibenak saya salah besar setelah ibu itu menjelaskan kepada saya).

“Alhamdulillah dengan keadaan saya seperti ini, semoga anak-anak saya kelak tidak mengikuti jejak kedua orang tuanya. Harap sang ibu. Jadi, anak-anak saya masih bersekolah. Yang laki-laki berumur 1 tahun sekarang kuliah semester 5, dia bisa kuliah karena mendapatkan beasiswa. Kemudian yang permempuan, sekarang duduk dikelas SMA dan juga mendapatkan sebuah beasiswa. Alhamdulillah dengan kondisi orang tua seperti ini, anak-anak saya tumbuh sebagai seorang yang cerdas. Itu merupakan anugerah yang sangat luar biasa bagi saya.” Ibu itu pun tersenyum dengan bangga.

Mendengar penjasan dari ibu itu. Saya merasa kagum. Dan terakhir saya memberikan sebuah pertanyaan “kenapa ibu mencari rezeki sepagi ini setelah adzan berkumandang subuh, mataharipun belum menunjukkan keberadaanya, masih petang,bu?”

Ibu itu tersenyum, “kami ini orang yang tidak mampu, jadi ketika ada sampah yang terkumpul. Itu lah rezeki kami. Dan kami akan saling mendahului untuk mendapatkan tumpukan sampah itu. Karena bukan cuma saya yang mengais rezeki dari tumpukan sampah ini melainkan masih banyak orang lagi. Dan siapa cepat maka dia lah yang akan mendapatkan rezeki ini. Makanya orang seperti kami ini, selalu berangkat pagi untuk mecari rezeki.”

Setelah berbicara seperti ibu. Ibu itu pun berpamitan, “ya sudah dulu, ibu mau melanjutkan mencari rezeki sebelum datang pemulung-pemulung lain.” Jadi anak yang rajin ya,nak...biar nanti bisa menjadi orang besar, bukan seperti ibu ini.” Ibu itu memberikan pesan kepada saya sembari meninggalkan tempat istirahat.

“Ohh,, iya terima kasih bu doanya..dan juga waktunya,bu..” Benar apa yang dikatakan ibu itu, tidak lama setelah percakapan kami selesai, ada pemulung lain yang datang dan mencari rezekinya ditumpukan sampah.
Waktu 20 menit tidak terasa, dan waktu menunjukkan pukul 05.20. Saya dan teman saya pun bergegas pulang meninggalkan cafe itu untuk pulang kekost-kostan.

Jadi itu artikel yang dapat admin mococerpen bagikan kepada para sahabat berdasarkan pengalaman pribadi. Banyak sekali yang dapat kita contoh dari sosok pemulung, pertama dia tidak mau menyerah pada keadaan dan mau bersantai-santai dalam mengerjakan sesuatu terlihat dibagian ibu pemulung itu mencari rezeki diwaktu yang masih sangat pagi sekali,mungkin untuk sebagian orang diwaktu seperti itu digunakan untuk tidur. Yang kedua tentang ikhlas, iya ibu itu ikhlas ketika harus menjalani hidup seperti itu dan mencari rezeki seorang diri. Dan yang ketiga tidak ada yang tidak mungkin, mungkin ibu itu seorang pemulung yang kita anggap mungkin anaknya juga akan menjadi seperti ibunya, namun kenyataannya anak-anak dari ibu itu mampu melanjutkan sampai keperguruan tinggi.
Sangat banyak pelajaran yang dapat kita petik dari artikel diatas. Ambillah sisi positifnya ya sahabat mococerpen. Terima kasih telah membaca dan menikmati artikel yang berjudul Mengais Rezeki Setelah Adzan Berkumandang.


--------------------*****--------------------





 

Jangan lupa sukai fanspage Facebook Moco Cerpen dan follow twitter @MC_MocoCerpen ya Sahabat.
Bagikan Artikel :

14 komentar

Cerita yang menarik gan (y)
jangan lupa visit nemophobia.blogspot.co.id

terharu gan, itulah hidup kadang kita dibawah kadang juga kita diatas :(

klikbagoez - terharu banget , semakin sadar dan prihatin

iyaa, gan terkadang kita mengeluh dengan kondisi yang kita jalani, tapi tidak tersadar bahwa ada yang lebih dibawah kita,,semoga dapat menjadi renungan buat kita,sahabat.

mantap nih blognya
semangat gan dalam menulis blognya
sebagai sesama blogger kita harus saling menyemangati
ditunggu gan kunbalnya http://www.androanigamer.com/2015/11/laptop-lipat-dari-acer-dengan-ram.html
klo bisa coment & google+

begitulah hidup dengan pernak-perniknya. di balik kesusahan, ada kemudahan

Sangat memberikan inspirasi... keren+muantap lah.

Bikin trharu gan, critanya inspiratif

Tulisanya bisa dicerna gan, mantap :D

iyaa,sahabat...mengrti dunia blog masih baru banget,,,jadi nulis artikelnya belum terlalu sempurna..